Kritik Sastra novel hujan

Karya: Tere Liye

Kisah Tere Liye Bersama Hujan
(Kritik Sastra dalam Novel Hujan Karya Tere Liye)
Disusun Oleh:
Sofi Lisdayanti (1441172107071)

Tere Liye adalah nama pena dari Darwis, beliau berasal dari pedalaman sumatera yang berprofesi sebagai Akuntan. Menulis baginya hanya sekedar hobi, pengisi waktu luang. Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis berbahasa Indonesia. Tere Liye telah menghasilkan belasan novel, Ia bisa di anggap salah satu penulis yang telah banyak menelurkan karya-karya best seller. Saat ini ia telah menghasilkan banyak karya, bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar. Darwis lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di pedalaman Sumatera Selatan. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga petani Namun walaupun berasal dari pedalaman, sastra adalah sastra dimanapun ia berada.
Berbeda dari penulis-penulis yang lain, Tere Liye memang sepertinya tidak ingin di publikasikan ke umum terkait kehidupan pribadinya. Hal ini dapat dilihat dalam novel karya Tere Liye di bagian belakang “tentang penulis’ di novelnya, maka tidak ada yang bisa kita temukan informasi mengenai tere liye. Dan mungkin itu cara yang ia pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana. Justru karena kesederhanaannya, tiap kita membaca lembaran demi lembaran novelnya, kita serasa melihat di depan mata apa yang Tere Liye sedang sampaikan. Uniknya kita tidak akan merasa sedang di gurui meskipun dari tulisan-tulisannya itu tersimpan pesan moral, islam serta sosial yang penting.
“bekerja keras dan selalu merasa cukup, mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta berterima kasih, maka Ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di genggaman kita”. Itulah sedikit kutipan yang penulis dapatkan, terkesan bahwa ia menegaskan syukuri saja setiap apapun yang kita punya, baik itu berupa kekurangan terlebih kalau itu suatu kelebihan. Satu lagi pelajaran berharga yang bisa kita petik dan di aplikasikan dalam kehidupan masing-masing dari biografi Tere Liye ini.
Dia lah Lail. Seorang gadis  tunggal penyuka hujan  kesayangan Papa dan Mama,  yang mereka hidup di tahun 2042 ke atas: tahun dengan teknologi tinggi dan mutakhir. Hal ini bisa kita jumpai di bab pertama novel ini, dimana Elijah seorang Paramedis senior mengubah ruangan polos tempat ia praktik hanya dgn menyentuh layar tablet nya menjadikan ruangan berisi alat medis untuk proses modifikasi ingatan. Di ruang praktik inilah lail menceritakan tiap ingatan nya dan ia ingin melupakan hujan. Delapan tahun yang lalu, 21 Mei 2042. Bayi ke sepuluh miliar lahir ke dunia. Saat itu pertambahan penduduk bumi tidak dapat lagi dibendung, ketika dunia sedang mencari jalan keluar permasalahan merebaknya orang-orang di bumi ditambah krisis air yang mencekik, tiba-tiba alam menyediakan solusinya tersendiri.
 Lail bersama sang ibu tengah menuju ke sekolah. Saat itu usianya tiga belas tahun. Ia sama sekali tidak tahu akan terjadi bencana besar. Sebuah gempa bumi berkekuatan besar skala 10 richter mengguncang bumi akibat letusan sebuah gunung purba. Bumi mengalami bencana paling mengerikan di abad kedua puluh satu itu. Letusan gunung Purba terjadi dengan sangat dahsyat, menyemburkan material vulkanik setinggi 80 kilometer yang menghancurkan apa saja dalam radius ribuan kilometer. Suara letusan terdengar sampai jarak 10.000 kilometer. Letusan itu tak disangka berhasil mengurangi jumlah penduduk di dunia hanya dalam waktu hitungan menit.
 Lail sedih karena kehilangan ayah dan sang ibu. Lail tentu saja saat itu selamat. Ia tertolong oleh Esok yang berusia 15 tahun. Keduanya sama-sama kehilangan keluarga, namun keduanya harus berjuang bertahan hidup. Lail yang waktu itu masih berusia 13 tahun, mendadak sebatang kara. Kedua orang tuanya meninggal dalam kejadian yang tak terlupakan oleh dunia. Takdir membawa Lail bertemu dengan Esok. Laki-laki yang menyelamatkannya dari reruntuhan tangga kereta api bawah tanah. Esok masih berusia 15 tahun saat itu.
 Siapa sangka ibu Esok masih hidup. Namun, sang ibu kehilangan kedua kakinya Lail dan Esok sama-sama mengalami trauma mendalam. Mereka mencoba bebas dari hal itu. Mereka menyibukkan diri di tenda pengungsian. Sampai beberapa bulan kemudian segalanya pulih. Esok sudah lama kehilangan ayahnya, dan setelah bencana itu, Esok pun kehilangan ke-4 kakaknya. Sementara ibu Esok mengalami luka yang cukup parah, sehingga kedua kakinya harus diamputasi. Esok adalah anak yang cerdas dan baik. Ia dan Lail berteman sangat dekat semenjak kejadian itu, Esok pun menjadi sosok kakak untuk Lail, yang kelak ia akan menjadi sosok yang sangat berharga bagi Lail. Karena kecerdasannya, Esok diadopsi wali kota dan disekolahkan di sebuah sekolah yang bagus. Bahkan karena kemampuannya itu, Esok loncat kelas dan akhirnya masuk universitas unggulan. Sayang Esok dan Lail harus berpisah kerena Esok diadopsi wali kota dan Lail harus tinggal di panti asuhan. Meskipun begitu, keduanya amat dekat. Esok dengan kejeniusannya direkrut menjadi tim penelitian dengan misi menyelamatkan krisis lingkungan di bumi. Hal itu hanya Lail yang tahu. Tak dinyana, hal ini memberikan konflik signifikan pada hubungan Lail dan Esok. Apakah keduanya bisa bersatu saat keduanya mengetahui bahwa tidak mungkin bersama selamanya?
Pada buku Hujan merupakan cerita fiksi karena tokoh dan ceritanya merupakan karangan penulis (khayalan penulis). Tere Liye mampu menuangkan ide dalam cerita dengan sarat pesan moral. Saya dikejutkan kembali dengan nama-nama tokoh yang hadir di sini, setelah sebelumnya Ambo Uleng (dalam novel Rindu), kali ini saya bertemu dengan Esok. Karakter remaja laki-laki yang cerdas, cekatan, dan kuat. Kenapa terkejut? Karena jarang sekali saya menemukan nama-nama karakter dalam buku yang ketika disebutkan rasanya unik, dan Esok pun salah satunya.Novel dengan latar waktu dan tempat di masa depan ini memberikan penyegaran pada tema novel-novel Indonesia zaman ini. Namun, novel ini bisa menjadi terobosan kisah apik berlatar waktu unik. Tere Liye mencoba mendalami genre yang tidak penulis lain gali. Hal ini memberikan nilai tambah bagi novel ini sehingga pantas kalau laris di pasaran.
Dalam novel ini, saya menemukan banyak hal. Tentang kehilangan dan penerimaan akan kehilangan itu sendiri, tentang persahabatan dan ketulusan dalam ikatan tersebut, tentang perpisahan dan cara menemukan jalan keluar agar tidak melulu galau dalam mengisi penantian panjang. Tokoh Lail mengajarkan pada saya bahwa dengan menolong banyak oarng adalah salah satu cara terbaik untuk merelakan kehilangan. Dengan memberi, kita sadar bahwa kehilangn bukanlah kepahitan hidup yang harus terus diratapi. Tidak, bukan seperti itu. Lail mengajarkan saya banyak hal. Juga Maryam. Sosok sahabat yang humoris dan selalu sanggup mencairkan suasana, selalu berada di samping Lail baik susah maupun senang, gadis berambut kribo yang berpikir dewasa, salah satu orang yang menjadi alasan Lail bertahan dari lelahnya berlari dan terjatuh dengan jarak 50 kilometer dalam hujan badai. Itu sungguh luarbiasa. Saya mau bilang kalau novel ini keren, bagus, karena membutuhkan imajinasi yang tinggi saat membacanya.
Kali ini saya bertemu dengan Esok. Karakter remaja laki-laki yang cerdas, cekatan, dan kuat. Kenapa terkejut? Karena jarang sekali saya menemukan nama-nama karakter dalam buku yang ketika disebutkan rasanya unik, dan Esok pun salah satunya. Dalam novel ini, saya menemukan banyak hal. Tentang kehilangan dan penerimaan akan kehilangan itu sendiri, tentang persahabatan dan ketulusan dalam ikatan tersebut, tentang perpisahan dan cara menemukan jalan keluar agar tidak melulu galau dalam mengisi penantian panjang. Tokoh Lail mengajarkan pada saya bahwa dengan menolong banyak oarng adalah salah satu cara terbaik untuk merelakan kehilangan. Dengan memberi, kita sadar bahwa kehilangn bukanlah kepahitan hidup yang harus terus diratapi. Tidak, bukan seperti itu. Lail mengajarkan saya banyak hal.
 Juga Maryam. Sosok sahabat yang humoris dan selalu sanggup mencairkan suasana, selalu berada di samping Lail baik susah maupun senang, gadis berambut kribo yang berpikir dewasa, salah satu orang yang menjadi alasan Lail bertahan dari lelahnya berlari dan terjatuh dengan jarak 50 kilometer dalam hujan badai. Itu sungguh luarbiasa. Saya mau bilang kalau novel ini keren, bagus, karena membutuhkan imajinasi yang tinggi saat membacanya. Bagi yang mencari novel sarat makna namun tidak membosankan, Hujan boleh berada di tingkat atas pencarian. Novel ini dikemas dengan ringan, alurnya memang terkesan agak lamban, tapi itu membuat saya bisa lebih memahami setiap kejadian di dalamnya. Dan akhir yang bahagia selalu membuat saya tersenyum setelah menyelesaikan sebuah bacaan. Esok, Lail, happy ending.
Tere Liye menceritakan kisah rumit ini  menggunakan alur mundur, dengan membuat pembaca penasaran, bahkan harus menyelesaikan cerita untuk memahami secara keseluruhan. Kisah ini diceritakan dengan kalimat-kalimat yang santai dan mudah dipahami, siapapun yang membaca kisah ini akan hanyut di dalamnya. Pada bagian belakang buku tidak terdapat sinopsis cerita, hanya beberapa analogi dari bagian cerita yang diungkapkan dan buku tersebut tidak mencantumkan biografi penulis.Berawal dari pertemuan Lail dengan Elijah di sebuah ruangan terapi. Lail menemui Elijah hanya untuk satu tujuan: ingin menghapus ingatannya tentang hujan. Lail sangat ingin melupakan hujan, baginya hujan selalu turun dimasa tergelapnya.
Bahasa pengarang dalam novel Hujan ini menggunakan bahasa yang komunikatif, sangat mudah dipahami dan puitis sehingga sangat menyentuh hati para pembacanya. Nilai buku yang bisa diambil adalah, belajar tegar menghadapi permasalahan, terus melangkah maju meskipun masalah tersebut sangat berat dipikul. Belajar menghargai hidup, menghargai persahabatan serta belajar memahami keikhlasan. Yang utama adalah amanat novel ini mengenai perasaan manusia. Lail digambarkan sebagai tokoh perempuan yang selalu menunggu dan percaya pada Esok yang tentu saja bukan kekasihnya, namun orang yang ia cintai. Pada titik tertentu, Lail merasa sangat sakit hati dan mantap tak akan memercayai Esok lagi, maka Lail memutuskan menghapus seluruh kenangannya dengan Esok. Hal ini tentu saja tidak patut diteladani pembaca karena orang yang mencintai orang lain itu seharusnya setia dan tetap memegang teguh prinsipnya sejak awal untuk tak goyah akan perasaannya.
Kelebihan novel ini  menurut saya, cerita dibungkus dalam nuansa sains-fiction,  seru . seolah dibawa ke masa yang ga pernah di bayangkan sebelumnya . selalu ada petuah, nasihat-nasihat dalam tiap ceritanya , salah satu nya : “Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan". Latar waktu dan tempat nya juga keren Ceritanya punya ending yang jelas. Sampul dan warnanya bagus. Kisah ceritanya menarik untuk disimak dan mendewasakan pikiran serta hati pembaca. Alur cerita yang mengalir serta konflik batin yang ditonjolkan dalam novel ini mampu membuat pembaca terhanyut dan ikut merasakan kejadian demi kejadian dengan seksama. Dengan latar waktu tahun 2050-an, pembaca diajak berimajinasi. Membayangkan kondisi dunia masa depan, dengan berbagai teknologi-teknologi canggih yang di dapat. Isi novel ini mudah dipahami oleh pembaca karena bahasa yang digunakan sederhana dan dapat menginspirasi para pembaca, selain itu pesan dan kesan yang ada dalam novel ini dapat mengalir ke lubuk hati dan pikiran.
Tak ada gading yang tak retak, di balik kelebihan selalu ada kekurangan, adapun kekurangan yang terdapat dalam novel hyujan ini adalah Awal baca ngebosanin , tapi kalo mampu bertahan akan dapat kejutan di bab berikutnya Ending nya kurang di perluas. Penasaran dengan kisah hidup Maryam dan penduduk bumi yang sebagian besar dipindahkan ke planet lain
Terlepas dari itu semua, novel ini sangat layak untuk dibaca oleh semua jenis umur, baik remaja, dewasa maupun orang tua, serta dapat dibaca oleh semua lapisan masyarakat, karena bahasa yang digunakan mudah dipahami dan nilai-nilai yang didapat akan mampu memberikan banyak pelajaran berhargaTidak ada gading yang tidak retak. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan kecil maupun besar. Tapi terlepas dari kesalahan kecil itu, novel ini memiliki banyak kelebihan yaitu dari cara bercerita Tere Liye yang mengalir dan mudah dimengerti, juga dari jalan ceritanya yang berbeda dari novel fantasi kebanyakan. Novel ini bagus dibaca oleh para remaja.
Novel ini bisa menjadi media penghiburan yang apik. Kisah dalam Hujan mampu menginspirasi pembaca dengan kisah epik dan romansanya yang tidak pasaran. Terlebih novel ini dikarang Tere Liye. Selalu ada keunikan dari novel-novel beliau. Bagi yang mencari novel sarat makna namun tidak membosankan, Hujan boleh berada di tingkat atas pencarian. Novel ini dikemas dengan ringan, alurnya memang terkesan agak lamban, tapi itu membuat saya bisa lebih memahami setiap kejadian di dalamnya. Dan akhir yang bahagia selalu membuat saya tersenyum setelah menyelesaikan sebuah bacaan. Esok, Lail, happy ending. Hujan. Tentang Persahabatan. Tentang Cinta. Tentang Melupakan. Tentang Perpisahan. Tentang Hujan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JAYALAH NEGERIKU Oleh: Sofi Lisdayanti

Kemanakah?